Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 19 Februari 2017

Pemeriksaan BNO IVP

Pemeriksaan BNO IVP


















IVP = Intra Vena Pyelography

BNO IVP adalah pemeriksaan radigrafi dari Tractus Urinarius dengan pemberian zat kontras yang dimasukkan melalui vena sehingga dapat menunjukkan fungsi ginjal dan dapat mengetahui apabila terdapat kelainan - kelainan secara radiologis.

Indikasi dan Kontra indikasi :

Indikasi Pemeriksaan BNO IVP diantaranya sebagai berikut :

  • Keluhan nyeri dan panas pinggang ( Colic )
  • Nefrolithiasis
  • Nefritis
  • Kingking atau kelainan kongenital 
  • Penurunan fungsi ginjal dan keganasan 
  • Tumor
Kontraindikasinya :

  • Perforasi atau pendarahan massif di rongga abdomen
  • Uji kadar ureum darah pasien di laboratrium di atas normal
  • Uji kadar kreatinin pasien tidak sesuai
  • Hipertensi
  • Diabetes melitus
  • Permintaan pemeriksaan atas keinginan sendiri.
  • Tidak memiliki spesialis radiologi
Persiapan alat dan bahan :

Steril :
  • Kontras media watersoluble
  • Spuit 1 cc untuk skint tes
  • Spuit 20-50 cc untuk injeksi
  • Spuit 2,5cc untuk antiseptic alergi obat - obatan antihistamin 
  • Kapas 
  • Dan Alkohol
Unsteril :
  • Kaset
  • Marker
  • Stuwing
  • Grid
  • Pesawat Rontgen
  • Apron
  • Nier beken
Prosedur pemeriksaan BNO IVP :
  1. Pasien datang ke ruangan radiologi dengan membawa permintaan foto yang sudah didaftarkan dan membayar biaya pemeriksaan di kasir.
  2. Pasien dijanjikan waktu pemeriksaannya dan diberikan penjelasan mengenai persiapan yang harus dilakukan sesuai dengan pemeriksaan.
  3. Pasien diminta untuk melakukan pemeriksaan ke laboratorium : Ureum dan kreatinin ( Bila melebihi normaal konsulkan ke dokter radiolog )
  4. Untuk pasien rawat inap pemeriksaan dibantu oleh perawat
Persiapan pasien :

  1. Sehari sebelum pemeriksaan atau mulai Pkl 14.00 pasien hanya makan makanan lunak tidak berserat ( Bubur kecap ataupun Bubur kaldu ).
  2. Pkl. 20.00 pasien minum dulcolax tablet 2 butir 
  3. Pkl. 22.00 sebelu tidur,  pasien kembali minum dulcolax sebanyak 2 butir.
  4. Pkl.  05.00 pagi masukkan 1 butir Dulcolax suposutoria melalui dubur atau anus
  5. Selama persiapan dilakukan, pasien tidak diperbolehkan makan ( Puasa ), tidak banyak berbicara, dan tidak merokok sampai dengan pasien datang ke instalasi radiologi sesuai waktu yang dijanjikan dan pemeriksaan selesai dilakukan.
  6. Selama persiapan pasien hanya diperbolehkan minum sebanyak 3x agar terhindar dari dehidrasi. 
Pemeriksaan IVP

  • Pasien diminta memasuki ruangan pemeriksaan.
  • Pasien atau keluarga pasien diberikan penjelasan dan jika telah jelas diminta menandatangani inform consent.
  • Pasien diminta tidur terlentang pada meja pemeriksaan dengan mid sagital plane menempel dengan mid line meja \
  • Lakukan skint tes kontras media sebanyak  1 - 1,5 ml
  • Kaset sesuai ukuran yang dibutuhkan di tempatkan pada cassette tray dibawah meja pemeriksaan 
  • Radiografer mengatur posisi pasien berada tepat dibawah meja pemeriksaan.
Foto Polos BNO / Plain Foto
  •  Untuk mengetahui keadaan abdomen ( BNO ), apakah ada banyak udara / artefak yang akan mengganggu gambaran selama pemeriksaan.
  • Untuk mengetahui keadaan awal dari Abdomen sebagai bahan penilaian ekspertise radiograf.
  • mengetahui kondisi faktor eksposi yang tepat ( Tidak boleh ada pengulangan )
  • Jika radiograf baik maka pemeriksaan bisa dilajutkan.
Pemasukan kontras media :
  • Dokter memasukkan kontras media didampingi oleh Radiografer. Memberikan zat kontras melalui vena ( Apabila skint test negatif ) Sebanyak 40-50 cc kepada pasien.
  • Nilai urium maksimal  50 mg/dl : Nilai creatinin maksimal 1,2 mg/dl
  • Single dose ( 1ml/Kg BB )
  • Double dose ( 1,5 cml/Kg BB )
  • Misal Pasien 73Kg maka kontras 73 ml apabila Double : 73 + 36,5 = 110 ml
 Fase Nefrogram :
  • Fase dimana kontras media memperlihatkan neufron pada ginjal ( terisi minimal )
  • 5 menit setelah penyuntikan 
  • dilakukan kompresi ureter.
  • film : 24x30 cm
  • CP antara xypoideus dan umbilicus
  • CR Tegak Lurus 
  • FFD = 1 meter 
Hasil Gambaran :
  • Densitas baik
  • Tidak ada bagian neufron yang terpotong 
  • Kontras mengisi ginjal/ Calix sampai ureter proksimal
  • Poasitas mampu menampilkan organ
Fase Nefrogram 15
  •  Fase dimana kontras media memperlihatkan neufron, pelvis renalis dan ureter proximal terisi maksimal ( Fungsi eksresi ginjal yang terbendung )
  • 15 menit setelah penyuntikan 
  • Ekspose dilakukan tanpa pembukaan kompresi.
  • Film 24x30 cm
  • CP = Sedikit di atas umbilicus 
  • CR = tegak lurus
  • FFD = 100 cm
Catatan kenapa harus dilakukan kompresi :
  • Untuk membendung kontras media yang dieksresikan ginjal melalui ureter, sehingga nefron dan pelvis dapat mengembang dengan baik.
Cara melakukan kompresi :
  • Letakkan 2 buah bola tenis /   compression ball pada daerah setinggi umbilicus / setinggi SIAS 
  • Compression bandage dikatikan pada ujung lain meja dan compression ball ditekan dengan tuas pengungkit.
  • Diukur tekanan bandage tidak terlalu kencang maupun longgar.
Fase Ureter :
  • Fase dimana kontras media memperlihatkan nefron, Pelvis renalis dan ureter proksimal terisi maksimal dan ureter distal mulai mengisi kandung kemih ( Fungsi eksresi ginjal tidak terbendung ).
  • 30 menit setelah penyuntikan
  • Film 30x40 cm
  • CP = Garis Pertengahan SIAS
  • CR Tegak lurus film
  • FFD 100 cm 
 Hasil Gambaran :



  • Densitas baik 
  • Tidak ada bagian ginjal yang terpotong 
  • Kontras mengisi ginjal sampai ureter distal dan sedikit mengisi kandung kemih
  • Opasitas mampu menampilkan organ/ tractus urinarius 

Fase Vesica Urinaria Full Blast
  •  Fase dimana kontras media  memperlihatkan nefron, Pelvis renalis, ureter hingga kandung kemih ( Fungsi eksresi ginjal tidak terbendung ). 
  • 45 menit setelah penyuntikan 
  • Film 30x40 cm 
  • CP = Garis pertengahan SIAS atau diantara SIAS dan Symphisis Pubis.
  • CR Tegak lurus Vertikal
  • FFD = 100 cm
Hasil Gambaran :

  • Densitas baik
  • Tidak ada bagian ginjal yang terpotong 
  • Kontras mengisi kandung kemih hingga VU mengembang 
  • Opasitas mampu menampilkan organ vesica urinaria terisi penuh kontras media 
  • Seing disebut foto " Full Blast "
Fase Vesica Urinaria Post Void
  • Fase dimana kontras media  memperlihatkan kandung kemih dalam keadaan kosong ( Fungsi pengosongan kandung kemih ).
  • 50 menit setelah penyuntikan 
  • Film 30x40 cm
  • CP = Garis pertengahan SIAS atau diantara SIAS dan Symphisis Pubis
  • CR Tegak Lurus
  • FFD 100 cm
Kriteria gambaran Post Void
  • Densitas baik
  • Tidak ada bagian ginjal hingg VU yang terpotong
  • Kontras keluar melalui kandung kemih hingg VU terlihat kosong
  • Opasitas mampu menampilan organ
  • Vesica Urinaria terisi penuh kontras media 
  • Sering disebut " Post Void " atau " Post Mixie"
 Late Foto :
  • Adanya keadaan dimana kontras media terlambat menampilkan gambaran organ yang diakibatkan oleh adanya kelainan pada organ ( Adanya batu di Nefron sehingga ureter tidak tervisualisasikan )
  • Apabila terjadi " Late Foto " sebaiknya pasien difoto post voiding satu jam kemudian.
  • Late foto bisa sampai 2 jam.
Contoh Foto yang terdapat kelainan seperti " Nefrolithiasis"

Sabtu, 18 Februari 2017

Teknik Radiografi Pada Kasus Atresia Ani

Definisi Atresia Ani
  • Atresia : tidak ada lubang ditempat yang seharusnya berlubang baik karena cacat bawaan maupun terjadi kemudian.
  • Ani dari kata anus yang berarti lubang pelepasan atau dubur.
  • Atresia ani: kelainan tidak adanya lubang pelepasan pada daerah dubur(anus) yang sifatnya bawaan atau muncul kemudian.
Patologi
Atresia ani di klasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria antara lain :
1. Menurut Berdon, membagi atresia ani berdasarkan tinggi rendahnya kelainan, yakni :
a. atresia ani letak tinggi : bagian distal rectum berakhir di atas muskulus levator ani (> 1,5cm dengan kulit luar)
b. Atresia ani letak rendah: distal rectum melewati musculus levator ani ( jarak <1,5cm dari kulit luar).
2. Menurut Stephen, membagi atresia ani berdasarkan pada garis pubococcygeal. 
a. Atresia ani letak tinggi : bagian distal rectum terletak di atas garis pubococcygeal.
b. Atresia ani letak rendah: bila bagian distal rectum terletak di bawah garis pubococcygeal.
3. Ladd dan Gross, membagi menjadi 4 type jenis atresia ani
a. Stenosis ani : anus dan rectum ada tetapi menyempit.
b. Imperforatus anus: anus berupa membran.
c. Imperforatus anus dengan kantong rectum berakhir agak tinggi dari kulit peritoneum.
d. Atresia rectum, rectum berakhir buntu dan terpisah dari bagian anal oleh suatu membrane atau jaringan, disini lubang anus ada sehingga dari luar anus tampak normal.
PERSIAPAN PASIEN
Tidak ada persiapan khusus yang harus dilakukan tetapi untuk mendapatkan gambaran yang baik maka sebelum dilakukan proyeksi bayi di letakkan dengan posisikepala berada di bawah dan kaki berada di atas selama +_ 5mnt dengan tetap menjaga kenyamanan pasien.

Tujuan Persiapan
Tujuannya adalah agar udara dalam kolon dapat mencapai rectum bagian distal anal yang di pasang marker sehingga pada foto daerah antara marker dengan bayangan udara yang tertinggi dapat diukur.

PROYEKSI PEMERIKSAAN
1. Proyeksi Wangesteen Rice
A. Posisi AP
Untuk melihat ada tidaknya atresia ani dan untuk melihat beratnya distensi atau peregangan usus. 
  • Posisi Pasien : Pasien diposisikan dalam keadaan inverse ( kepala di bawah, kaki di atas) di depan standart kaset yang telah di siapkan. Kedua tungkai difleksikan 90 terhadap badan untuk menghindari superposisi antara trokanter mayor paha dengan ischii. MSP tubuh tegak lurus kaset.
  • Posisi Objek : Obyek diatur sehingga daerah abdomen bagian distal masuk dalam film., Pada daerah anus di pasang marker.
  • CR: Horisontal tegak lurus kaset.
  • CP: Pertengahan garis yang menghubungkan kedua trokhanter mayor.
  • FFD: 90cm
  • Eksposi dilakukan pada saat pasien tidak bergerak.
B. Posisi Lateral
Untuk melihat ketinggian atresia ani. 
  • Posisi Pasien : Pasien diposisikan dalam keadaan inverse ( kepala di bawah, kaki di atas) dengan salah satu sisi tubuh bagian kiri atau kanan menempel kaset. Kedua paha di tekuk semaksimal mungkin ke arah perut agar bayangan udara pada radiograf tidak tertutup oleh gambaran paha. MSP (mid sagital plane) tubuh sejajar terhadap garis pertengahan film, MCP (mid coronal plane) tubuh diatur tegak lurus terhadap film.
  • Posisi Objek : Obyek diatur sehingga daerah abdomen bagian distal masuk dalam film. Pada daerah anus di pasang marker. 
  • CR: Horisontal tegak lurus kaset.
  • CP: Pada trokhanter mayor.
  • FFD: 90cm 
  • Eksposi dilakukan pada saat pasien tidak bergerak.
2. Lateral Prone Cross Table
Alternatif pemeriksaan invertogram pada kasus atresia ani untuk memperlihatkan bayangan udara di dalam colon mencapai batas maksimal tinggi/ naik di daerah rectum bagian distal.
  • Posisi Pasien : Pasien diposisikan prone.
  • Posisi Objek : kedua paha ditekuk (hip fleksi), angkat bagian punggung bayi sehingga letak pelvis lebih tinggi dan kepala/wajah lebih rendah. Kaset pada salah satu sisi lateral dengan trokhanter mayor pada pertengahan kaset.
Ilustrasi posisi pasien pada Lateral cross table
  • CP: pada trochanter mayor menuju pertengahan kaset.
  • CR: Horisontal, tegak lurus film/kaset.
  • FFD: 90 cm
  • Ekspose dilakukan saat bayi tidak bergerak.
Keuntungan posisi ini :
  • Posisi lebih mudah.
  • Waktu untuk memposisikan lebih singkat.
  • Pasien lebih tenang dan nyaman.
  • Udara pada rectum tampak naik dan lebih tinggi sehingga posisi ini lebih baik.

Teknik Radiografi Orbita

Proyeksi Postero Anterior Axial (Caldwell)


POSISI PASIEN
  • Pasien diposisikan prone atau erect, dengan MSP tubuh tepat pada mid line meja pemeriksaan. Bahu bertumpu sejajar pada bidang transversal dan lengan diletakan disamping tubuh dalam posisi yang nyaman
  • Kepala diposisikan PA, dengan menempatkan :
    • Dahi dan hidung menempel diatas kaset.
    • Atur kepala sehingga OML tegak lurus dengan bidang film
    • Pasien diberitahukan untuk menahan nafas pada saat eksposi
  • Atur CR 30 derajat caudally setinggi pertengahan orbita CP pada pertengahan kedua orbita.

KRITERIA GAMBARAN
  • Kedua orbita tampak
  • Petrous Ridge kiri dan kanan simetris terproyeksi di bawah bayangan orbita
  • sinus Frontalis dan Sinus Maxilaris terproyeksi
  • Jarak Batas Lateral Orbita dgn batas lateral kepala kiri dan kanan sama (simetris)
  • Kolimasi sesuai objek yang difoto
  • Marker R/L harus tampak di bagian tepi

PANORAMIC CEPHALOMETRIC : PEMERIKSAAN GIGI MENYELURUH

PANORAMIC CEPHALOMETRIC : PEMERIKSAAN GIGI MENYELURUH

Dalam tindakan pemeriksaan radiologi, gigi adalah bagian tubuh manusia yang cukup sulit dijangkau. karena selain posisinya melingkar, gigi juga memiliki kesulitan tersendiri untuk di foto.
Panoramic Cephalometric adalah salah satu modalitas radiologi yang di sediakan RS. Panti Wilasa "Citarum" dengan tujuan untuk mendapatkan gambar gigi secara keseluruhan dari berbagai sudut dengan radiasi yang sangat kecil.
Selain digunakan untuk pengambilan foto radiologi sederhana, alat ini juga digunakan untuk melakukan pengambilan foto dengan berbagai jenis tingkat kesulitan, karena kemampuannya untuk bisa menjelajah gigi. Jenis pengambilan foto dengan menggunakan Panoramic Cephalometric antara lain adalah : Cephalometric Imaging, Cross Sectional Tomograms, Dental Scanograms, Panoramic Imaging, TMJ Scanograms Lateral, dan TMJ Tomograms.
Secara mendasar, kelebihan Panoramic Cephalometric adalah :
1. Kemampuan untuk mengambil gambar setiap sudut gigi yang dikehendaki dengan baik.
2. Memiliki efek radiasi sangat kecil (0.004-0.08 mSv) sehingga relatif aman dan tidak membahayakan pasien.

TEKNIK RADIOGRAFI BASIS CRANII

PROYEKSI SUBMENTO VERTICAL

POSISI PASIEN
  • Pasien Supine di atas meja pemeriksaan
  • Mid Sagittal Plane Kepala tegak lurus dengan bidang film
  • IOML sejajar bidang film
  • Punggung pasien diberi pengganjal dengan bantal, leher full ekstensi kepala bertumpu pada vertex di atas area bidang film
  • Knee fleksi, lengan diposisikan nyaman disamping tubuh dan bahu sejajar bidang transversal.
  • Tabung sinar x tegak lurus dengan infra orbito meatal line kepala

KRITERIA GAMBARAN
  • Tampak Petrous ridge
  • Tulang-tulang pendengaran
  • Processus mastoid
  • Foramen spinosum
  • Foramen ovaleSinus sphenoidales
  • Mandibula arcus zygomaticum
  • Condilus mandibula dengan batas lateral kepala berjarak simetris kanan dan kiri
  • Petrosum terproyeksi simetris
  • Bagian anterior os frontalis superposisi dengan symphisys mandibula
  • Marker R/L tampak di bagian tepi gambar objek.

Teknik Pemeriksaan Temporal Mandibula Joint (TMJ)

1. Tujuan Pemeriksaan
Pemeriksaan temporal mandibula joint (TMJ) adalah suatu pemeriksaan secara radiologis dari persendian antara temporal dan mandibula, yang dilakukan dengan proyeksi AP Axial atau Inferosuperior Transfacial. 
3. Persiapan Alat
  • Pesawat roentgen siap pakai
  • Kaset sesuai dengan ukuran
  • Marker
  • Baju pasien 
  • Gonad shield
  • Apron 
4. Teknik Pemeriksaan
1. Proyeksi AP Axial 
a. Persiapan alat dan bahan : 
  1. Film dan kaset 18 x 24 cm 
  2. Pesawat sinar X 
  3. Marker 
  4. Alat fiksasi 
  5. Shielding 
b. Persiapan pasien : Pasien terbebas dari benda logam 
c. Posisi pasien : Posisikan pasien diposisi supine atau erect 
d. Posisi object : 
  1. Tempatkan pertengahan kaset pada MSP (Mid Sagital Plane). 
  2. Letakkan lengan diposisi nyaman 
  3. Atur bahu agar posisinya sama 
  4. Atur kepala maka MSP sejajar dengan film 
  5. Fleksikan leher agar orbitomeatal line tegak lurus dengan film 
e. CR : Arahkan sinar ke caudal dengan sudut 35º 
f. CP : 3 inci atau 7,5 cm diatas nasion 
g. FFD :100 cm 
h. Kriteria gambar : 
  1. kepala tidak mengalami rotasi. 
  2. tampak gambaran axial dari procesus condyloid dan mandibula fossae. 
  3. condilus dan TMJ terlihat pada pemeriksaan open mouth. 
  4. terjadi sedikit superposisi oleh condilus pada pemeriksaan closed mouth.
i. Hasil Foto AP Axial
2. Proyeksi Inferosuperior Transfacial 
a. Persiapan alat dan bahan : 
  1. Film dan kaset 18 x 24 cm 
  2. Pesawat sinar X 
  3. Marker 
  4. Alat fiksasi 
  5. Shielding 
b. Persiapan pasien : Pasien terbebas dari benda logam 
c. Posisi pasien : 
  1. Posisi semi prone khusus digunakan pada pasien yang tidak dapat berbaring dengan posisi prone. 
  2. Apabila pasien berdiri, pasien dapat lebih nyaman dengan posisi PA oblique. 
d. Posisi object : 
  1. Atur kepala pasien agar true lateral. Letakkan sisi yang diperiksa menempel pada kaset. 
  2. Akan terjadi sedikit tilt, jadi interpupilary line membentuk sudut 10º-15 º dari posisi tegak lurus. 
  3. Kepala juga akan mengalami putaran dari posisi lateral, jadi MSP membentuk sudut 15 º terhadap bidang kaset. 
  4. Hal ini mencegah superposisi daerah yang akan difoto dengan vertebra cervicalis. 
  5. Ekspose yang pertama dilakukan dengan mulut tertutup. Kemudian ganti kaset dan lakukan eksposi kedua dengan mulut terbuka. 
  6. Tahan napas saat diekspos. 
e. CR : Arahkan sinar ke chepalad dengan sudut 30º 
f. CP : Pada pertengahan kaset. Maksudnya sinar yang diarahkan ke inferior mandibula yang jauh dari film dan melalui atau menuju TMJ yang menempel pada kaset. 
g. FFD : 100 cm 
h. Kriteria gambar : 
  1. Tampak gambaran lateral oblique dari TMJ pada posisi open mouth dan closed mouth. 
  2. Mandibula pada sisi yang tidak menepel pada kaset tidak mengalami overlapping dengan daerah TMJ.
  3. TMJ bebas dari superposisi dengan vertebra cervicalis. 
  4. Pada pemeriksaan closed mouth, condyle akan terletak pada mandibular fossa 
  5. Pada pemeriksaan open mouth, condyle akan terletak pada articular tubercle apabila pasien membuka mulutnya dengan lebar.
i. Hasil Foto Inferosuperior Transfacial

TEKNIK RADIOGRAFI LUMBO SACRAL


TINJAUAN PUSTAKA
2.1Landasan Teori
2.1.1Anatomi
Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah struktur yang lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang. Diantara tiap dua ruas tulang pada tulang belakang terdapat bantalan tulang rawan Panjang rangkaian tulang belakang pada orang dewasa dapat mencapai 57 – 67 cm. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah diantaranya adalah tulang-tulang terpisah dari 19 ruas sisanya bergabung membentuk 2 tulang. Kolumna vertebra terdiri dari 7 vertebra servikal atau ruas tulang leher, 12 vertebra thorakal atau ruas tulang punggung, 5 vertebra lumbal atau ruas tulang pinggang, 5 vertebra sacrum atau ruas tulang kelangkang, 4 vertebra koksigeus atau ruas tulang tungging (Evelyn, 1999)

Dilihat dari samping kolumna vertebralis memperlihatkan 4 (empat) kurva atau lengkung. Di daerah vertebra servikal melengkung ke depan, daerah thorakal melengkung ke belakang, daerah lumbal melengkung ke depan, dan di daerah pelvis melengkung ke belakang. (Syaifuddin)

Anatomi yang akan diuraikan dalam Karya Tulis Ilmiah ini merupakan anatomi yang berhubungan dengan pemeriksaan Lumbosakral yang terdiri atas vertebra lumbal dan sakrum.
a.Vertebra Lumbal

Vertebralis lumbalis atau ruas tulang pinggang adalah yang terbesar. Badannya lebih besar dibandingkan badan vertebra lainnya dan berbentuk seperti ginjal. Prosesus spinosusnya lebar, tebal, dan berbentuk seperti kapak kecil. Prosesus transversusunya panjang dan langsing. Apophyseal joint dari lumbal lebih ke posterior dari coronal plane, artikulasi ini dapat dilihat dengan posisi oblik. Foramen intervertebralis dari lumbal berada ditengah dari sagital plane.
Vertebra lumbal terdiri dari dua komponen, yaitu komponen anterior yang terdiri dari korpus, sedangkan komponen posterior yaitu arkus vertebralis yang terdiri dari pedikel, lamina, prosesus transverses, prosesus spinosus dan prosesus artikularis. Setiap dua korpus vertebra dipisahkan oleh discus intervertebralis dan ditahan serta dihubungkan satu dengan yang lain oleh ligamentum.
Foramina vertebralis lumbalis berbentuk segitiga, ukurannya sedikit lebih besar dari milik vertebra thorakalis tapi lebih kecil dari vertebra servikalis. Bagian bawah dari medulla spinalis meluas sampai foramen vertebra lumbalis satu, foramen vertebra lumbal lima hamya berisi kauda equina dan selaput – selaput otak.
Prosesus transversus berbentuk tipis dan panjang kecuali pada vertebra lumbal lima yang kuat dan tebal. Berukuran lebih kecil daripada yang terdapat pada vertebra thorakalis.
Prosesus spinosus berbentuk tipis, lebar, tumpul dengan pinggir atas mengarah ke arah bawah dank e arah dorsal. Prosesus ini dapat diketahui kedudukannya dengan cara meraba atau palpasi.
Prosesus artikularis superior meripakan fasies artikularis yang sekung dan menghadap posteromedial, sebaliknya fasies artikularis inferiornya cembung dan menghadap ke anterolateralis(Ballinger, 1995).

b.Sakrum
Sakrum atau tulang kelangkang berbentuk segitiga dan terletak pada bagian bawah kolumna vertebralis, terjepit diantara kedua tulang inominata (atau tulang koxa) dan membentuk bagian belakang rongga pelvis(panggul). Dasar dari sacrum terletak di atas dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima dan membentuk sendi intervertebral yang khas. Tepi anterior dari basis sacrum membentuk promontorium sakralis.
Kanalis sakralis terletak dibawah kanalis vertebralis (saluran tulang belakang) dan memang lanjutan daripadanya. Dinding kanalis sakralis berlubang-lubang untuk dilalui saraf sacral. Prosesus spinosus yang rudimenter dapat dilihat pada pandangan posterior dari sacrum. Permukaan anterior sacrum adalah cekung dan memperlihatkan empat gili-gili melintang, yang menandakan tempat penggabungan kelima vertebra sakralis.

Pada ujung gili-gili ini, disetiap sisi terdapat lubang-lubang kecil untuk dilewati urat-urat saraf. Lubang-lubang ini disebut foramina. Apex dari sacrum bersendi dengan tulang koksigeus. Di sisinya, sacrum bersendi dengan tulang ileum dan membentuk sendi sakro-iliaka kanan dan kiri(Evelyn, 1999).

2.1.2Fisiologi
Kolumna vertebralis merupakan bagian dari rangka batang badan. Berfungsi untuk menyalurkan berat kepala, ekstrimitas atas dan batang badan pada tulang panggul. Juga berfungsi untuk melindungi medula spinalis serta selaput otaknya yang mempunyai tempat di kanalis vertebralis. Fungsi ketiga dari kolumna vertebralis adalah untuk menghasilkan gerakan-gerakan serta menjadi tempat lekat dari otot-otot. (Bajpai, 1991)
Vertebra lumbosakaral merupakan bagian dari tulang belakang/kolumna vertebralis yaitu susunan tulang-tulang kecil yang dinamakan ruas tulang belakang.
Tulang belakang gunanya adalah untuk menahan kepala dan alat-alat tubuh yang lain, melindungi sumsum tulang belakang yaitu lanjutan dari sumsum penyambung otak yang terdapat di dalam saluran tulang belakang dan tempat tulang-tulang panggul bergantung (Amstrong, 1989).

Teknik Pemeriksaan Lumbosakral
Persiapan pemeriksaan pasien
a.Persiapan Pasien
1.Pasien ganti baju dan melepaskan benda-benda yang mengganggu gambaran radiograf.
2.Petugas menjelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien.
b.Persiapan Alat dan bahan
Alat–alat dan bahan yang dipersiapkan dalam pemeriksaan vertebra lumbosakral antara lain :
1.Pesawat sinar-X siap pakai

2.Kaset dan film sinar-X sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan (30 x 40 atau 35 x 43)

3.Marker untuk identifikasi radiograf


4.Grid atau bucky table

5.Alat fiksasi bila diperlukan
6.Alat pengolah film
2.2.2Proyeksi pemeriksaan
a.Proyeksi Anteroposterior
1.Tujuan : Untuk melihat patologi lumbal, fraktur dan scoliosis.
2.Posisi Pasien : Pasien tidur supine, kepala di atas bantal, knee fleksi.
3.Posisi Obyek : (a) Atur MSP tegak lurus kaset/meja pemeriksaan (jika pakai buki).
(b) Letakkan kedua tangan diatas dada.
(c) Tidak ada rotasi tarsal / pelvis.


Gambar 2.6 Posisi Anteroposterior
4.Sinar
CR : Tegak lurus kaset
CP : (a) Setinggi Krista iliaka (interspace L4-L5) untuk memperlihatkan lumbal sacrum dan posterior Cocygeus.
(b) Setinggi L3 (palpasi lower costal margin/4 cm di atas crista iliaka) untuk memperlihatkan lumbal.
SID : 100 cm
Eksposi : Ekspirasi tahan nafas.

Kriteria : Tampak vertebra lumbal, space intervertebra, prosessus spinosus dalam satu garis pada vertebra, prosessus transversus kanan dan kiri berjarak sama.

c.Proyeksi Lateral
1.Tujuan : Untuk melihat fraktur, spondilolistesis dan osteoporosis.
2.Posisi Pasien : Pasien lateral recumbent, kepala di atas bantal, knee fleksi, di bawah knee dan ankle diberi pengganjal.
3.Posisi Obyek : (a) Atur MSP tegak lurus kaset/meja pemeriksaan (jika pakai buki).
(b) Pelvis dan tarsal true lateral
(c) Letakkan pengganjal yang radiolussent di bawah pinggang agar vertebra lumbal sejajar pada meja (palpasi prosessus spinosus).


Gambar 2.10 Posisi Lateral (Bontrager, 2001)
4.Sinar
CR : Tegak lurus kaset.
CP : (a) Setinggi Krista iliaka (interspace L4-L5) untuk memperlihatkan lumbal sacrum dan posterior Cocygeus.
(b) Setinggi L3 (palpasi lower costal margin/4 cm di atas crista iliaka) untuk memperlihatkan lumbal.
SID : 100 cm
Eksposi : Ekspirasi tahan nafas.